VIVAnews - Setelah diluncurkan 24 Juli 2014 lalu, rangkaian kegiatan Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014 dilanjutkan dengan sejumlah kegiatan edukasi dan sosialisasi perfilman, antara lain melalui workshop di Medan, Bandung, dan Jakarta, mulai pekan ini.
Wokrshop bertajuk “Pengembangan Apresiasi Pemutaran Film Non-Komersial” ini bertujuan meningkatkan kapasitas komunitas, kelompok, organisasi yang selama ini sudah melakukan pertunjukkan-pertunjukkan film non-komersial, baik itu dalam kegiatan kampus, festival, maupun kegiatan spesifik lainnya.
“Peningkatan kapasitas ini tentunya memiliki sasaran besar yaitu memantapkan keberlanjutan apresiasi film di Indonesia yang dilakukan oleh masyarakat,”ungkap Ketua Panitia AFI 2014 Robby Ertanto, yang juga pengurus Badan Perfilman Indonesia (BPI).
Workshop dilaksanakan oleh komunitas perfilman di bioskop dua sesi dengan nara sumber dari BPI dan Komunitas Festival Film Indonesia (Coffie). Workshop dimulai di Medan tanggal 23 Agustus 2014 dengan nara sumber Embie C Noer (BPI), Daniel Irawan (Film Colector), dan Damar Adi (Coffie).
Di Bandung, workshop dilaksanakan pada 30 Agustus 2014. Narasumber yang bakal hadir adalah Robby Ertanto BPI), Ariani Darmawan (Kineruku), dan Damar Adi (Coffie). Sedangkan di Jakarta, dilaksanakan pada 6 September 2014 dengan narasumber Kemala Atmodjo (BPI), Alexander Matius (Kineforum), dan Varadila (Coffie).
Selain workshop, panitia AFI juga melakukan sosialisasi dengan menggelar booth di sejumlah bioskop di Medan (22-25 Agustus 2014), Bandung (29 Agustus 2014), Makassar (29 Agustus 2014), dan Jakarta (5-8 September 2014).
Puncak AFI 2014 akan diselenggarakan di Medan pada 12-13 September 2014, berupa kegiatan Pawai Artis, Pameran & Workshop, Red Carpet, dan Malam Anugerah AFI 2014 yang akan mempersembahkan anugerah Piala Dewantara bagi insan film.
"Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012, Apresiasi Film Indonesia dan Piala Dewantara tidak saja menjadi alternatif pemberian apresiasi terhadap berbagai aspek dalam perfilman, tetapi juga menjadi satu-satunya ajang yang berusaha memberi perhatian khusus secara menyeluruh pada aspek-aspek produksi, promosi, distribusi, apresiasi, literasi serta edukasi film yang mengutamakan nilai budaya, kearifan lokal dan karakter bangsa” kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Kacung Marijan, saat peluncuran AFI 2014.