Tradisi Dugderan Jelang Ramadan di Semarang

Tradisi dugderan
Sumber :
VIVAnews
Rowoon Ungkap Alasan Keluar dari SF9 dan Fokus di Akting Sebagai Aktor
- Di Semarang, Jawa Tengah terdapat tradisi bernama Dugderan yang berasal dari kata “dug” dan “der”. Kata "dug" diambil dari suara beduk masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya Ramadan, sedangkan kata “der” berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan beduk.

Profil Dio Novandra, Pacar Megawati Hangestri yang Dikenalkan ke Para Pemain Red Spark

Biasanya tradisi ini digelar pada satu atau dua minggu sebelum Ramadan. Seluruh kalangan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua ikut gembira pada tradisi ini.
Harga Gula Meroket, Ini Kata Kadis Perindag ESDM Sumut


Tradisi Dugderan sudah menjadi pesta rakyat karena turut menampilkan tari japin, arak-arakan (karnaval), dan tabuh beduk oleh walikota Semarang.  Namun, proses ritual atau pengumuman awal puasa tetap menjadi puncak acara yang masih bersifat sakral bagi para tokoh masyarakat.


Kini dentuman meriam pada tradisi Dudgeran diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran yang terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya bleduran diberi karbit yang kemudian disulut api.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya