Catatan Perjalanan ke Polandia (II)

Pasar Tradisional, Istana, dan Museum

VIVAnews - Krakow, memang seperti yang selalu disampaikan teman-teman, kota tua yang cantik. Kota ini dulunya adalah ibukota Polandia, kota ini juga tempat dimana raja-raja dahulu memerintah kerajaan. Kami melihat beberapa bangunan lama seperti gereja tua St. Mary di Dajwor Street tadi.

Zulhas Enggan Revisi Aturan Barang Bawaan dari Luar Negeri: Bayar Pajak Dong!

Seperti kota-kota lain di Eropa, di tengah kota yang indah juga sudah dipakai untuk usaha. Terlihat suatu kafe terkenal yang juga sudah menggunakan bangunan lama di pusat kota tersebut, belum lagi sederetan butik yang pamer barang mahal dengan label sale yang berjejeran disepanjang jalan yang saya lalui.

Setelah puas mengambil beberapa foto di sudut kota, kami menyerbu pasar tradisonal. Wah, saya pikir yang namanya pasar tradisional ini seperti Victoria Market di Melbourne atau Tanah Abang di Jakarta.

Biadab! Israel Eksekusi Anak Palestina Beramai-ramai dari Usia 4-16 Tahun

Pasar yang letaknya di dalam bangunan kuno ini sangat rapi.
Penjualnya berada di dalam lapak-lapak kecil disepanjang kiri kanan bangunan. Mereka menempatkan dagangan mereka dengan rapi. Mereka menjajakan souvenir-souvenir yang cantik. Dari kaos bertuliskan Polska, hiasan dengan tulisan Krakow sampai perhiasan batu Amber yang menjadi ciri khas Polandia pun tersedia di pasar ini.

Pasar tradisional selalu menjadi sasaran obyek foto saya. Saya ingin melihat interaksi penjual dan pembeli, bagaimana mereka saling menawar dengan bahasa yang tidak sama. Teman saya yang sudah lama tinggal di Ceko pun menawar barang dengan bahasa Ceko yang mirip bahasa Polandia.

Kasus Pemalsuan Surat Lahan, Gubernur Kepri Sebut Bisa Diselesaikan dengan Musyawarah

Akhirnya kami membeli beberapa piring kecil, gelas, topi dan pernak-pernik yang bertuliskan Krakow. Namun ada kejadian menarik ketika kami memilih souvenir. Bapak penjual tangannya sempat terluka dan nampaknya ada luka kecil di tangannya yang membuatnya agak panik lalu mencari tissue. Dengan sigap saya keluarkan handyplast dari tas saya dan saya kasihkan ke beliau.

Sambil berterima kasih beliau bertanya dari mana kami berasal. Saya jawab dari Indonesia. Beliau sambil tersenyum dan berterima kasih menghadiahkan saya satu bros tulisan I love Krakow sebagai tanda persahabatan!

Ternyata kebiasaan saya membawa jarum,benang, peniti dan obat-obatan dalam setiap perjalanan bermanfaat, belum tentu bagi saya tetapi mungkin bagi orang lain. Lumayan, satu handyplast ditukar dengan souvenir!

Setelah dari pasar tradisional, kami melanjurkan perjalanan melihat cantiknya Krakow. Tanpa peta kami hanya mengikuti kemana saja kaki melangkah. Dimana mana banyak bangunan indah, kami pun sampai di satu gereja tua Gereja Saints Peter dan Paul.

Ada beberapa orang yang tengah berdoa, namun sebagai turis kami tetap diijinkan untuk melihat dalam gereja tersebut bahkan sampai dibagian bawah dimana terdapat makam para pastur.

Perjalanan kami lanjutkan lagi dan kami pun tiba di dekat Istana Wawel, inilah istana kebanggaan kota Krakow. Kami tidak sempat memasuki karena masih ada beberapa tempat yang akan kami tuju akhirnya kami memutuskan untuk berfoto dari luar saja.

Setelah dari istana itu kami menyusuri jalanan bersalju dengan pohon-pohon yang tinggal rantingnya. Pemandangannya sangat indah.

Saya kedinginan dan kaki saya rasanya sudah membeku, padahal sudah dengan kaos kaki yang hangat. Akhirnya saya mencari toko yang menjual kaos kaki super tebal untuk menyelamatkan perjalanan yang masih panjang ini.

Setelah dibalut tambahan kaos kaki baru, saya kembali bersemangat melanjutkan perjalanan. Kali ini sasaran kami adalah museum . Kami bersemangat kembali menuju Floryanka Street karena jalan terdekat menuju Czartoryski Museum melalui jalan tadi.

Mungkin, ada pertanyaan, kenapa menuju Czartoryski Museum  itu? Niat kami hanya satu untuk  membuktikan sms teman yang pernah dinas di Polandia bahwa di Czartoryski Museum itu ada lukisannya Leonardo Da Vinci.

Yes! Setelah melihat petunjuk jalan yang sangat jelas, akhirnya kami sampai di Czartoryski Museum. Kami membeli tiket seharga 10 Zloty atau sekitar US$ 3,5.

Pertama kami masuk ke Czartoryski Museum sudah dibuai dengan indahnya lukisan-lukisan jaman dahulu. Saya memang tidak mengerti lukisan, niatan sejak dari awal hanya melihat Lukisan Leonardo Da Vinci.

Melihat lukisan Leonardo Da Vinci yang ini akan menambah impian saya, selain telah melihat Monalisa di Paris. Tiga lantai kami lalui dengan penuh ternganga-nganga.

Di museum itu juga sedang ada pameran mengenai Mesir, tapi kami tetep bernafsu melihat lukisan itu. Akhirnya kami sampai ditingkat teratas dan melihat lukisan yang secara khusus dipasang di tembok tersendiri. Ya lukisan seorang wanita sedang menggendong binatang. A lady with Ermine.

Dalam keterangannya, dijelaskan bahwa Da Vinci melukis beberapa lukisan wanita. Monalisa di pasang di Paris, dan ada satu lagi lukisan yang dipajang di Washington DC selain lukisan A Lady with Ermine yang dipasang di Krakow ini.

Puas kami memandangi lukisan tersebut dan kami pun melanjutkan perjalanan  untuk melihat Krakow di waktu malam.

Seperti kota kota turis lain di Eropa yang pernah saya kunjungi, malam hari di Krakow tetap saja penuh dengan wisatawan. Mereka menikmati indahnya kota  sambil menghabiskan waktu di kafe-kafe atau bar.
Sepanjang Royal Road banyak sekali bar yang buka sampai larut.

Seperti instruksi melalui sms dari teman yang penah tinggal di Warsawa, saya diarahkan menuju Harris Piano Jazz Bar yang letaknya di Rynek Glovny. Bar ini baru buka jam 9 malam dan tutup jam 2 pagi.  Musik jazz yang dimainkan live oleh band lokal menambah kenikmatan menghabiskan sepenggal malam di Krakow.

Sayapun tidak perlu menunggu fajar untuk kembali ke Floryan Hotel dimana saya menginap. Saya harus menghimpun energi untuk melanjutkan perjalanan esok hari ke tempat yang paling saya inginkan, Auschwitz.bersambung..

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya